Cerita
1. SEBUTIR KORMA
PENJEGAL DO’A
Kamis,
29 Dzulhijjah 1422/ 14 Maret 2002
Usai menunaikan
ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke mesjidil Aqsa. Untuk bekal di
perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat mesjidil Haram.
Setelah kurma
ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak didekat
timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan
memakannya. Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa.
4 Bulan kemudian,
Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat beribadah
pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa khusuk sekali.
Tiba tiba ia
mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.
"Itu, Ibrahim
bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan ALLAH
SWT," kata malaikat yang satu.
"Tetapi
sekarang tidak lagi. doanya ditolak karena 4 bulan yg lalu ia memakan sebutir
kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat mesjidil haram,"
jawab malaikat yang satu lagi.
Ibrahim bin adham
terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, shalatnya,
doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT
gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya. "Astaghfirullahal
adzhim" ibrahim beristighfar.
Ia langsung berkemas
untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma. Untuk
meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.
Begitu sampai di
Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan
pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. "4 bulan yang lalu saya
membeli kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia sekarang ?"
tanya ibrahim.
"Sudah
meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang
kurma" jawab anak muda itu.
"Innalillahi wa
innailaihi roji'un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?".
Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan
penuh minat. "Nah, begitulah" kata ibrahim setelah bercerita,
"Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan
sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa izinnya?".
"Bagi saya
tidak masalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara
saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas nama kan mereka karena
mereka mempunyai hak waris sama dengan saya."
"Dimana alamat
saudara-saudaramu ? biar saya temui mereka satu persatu."
Setelah menerima
alamat, ibrahim bin adham pergi menemui. Biar berjauhan, akhirnya selesai juga.
Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh
ibrahim.
4 bulan kemudian,
Ibrahim bin adham sudah berada dibawah kubah Sakhra. Tiba tiba ia mendengar dua
malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap. "Itulah ibrahim bin
adham yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain."
"O, tidak..,
sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli
waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari
kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia
sudah bebas."
"Oleh sebab itu
berhati-hatilah dgn makanan yg masuk ke tubuh kita, sudah halal-kah? lebih baik
tinggalkan bila ragu-ragu...
A Kembali ke . . . Daftar Isi 1.
2. SALMAN AL-FARIS
R.A
Kamis, 7 Muharram
1423/ 21 Maret 2002
Kelahiran dan pertumbuhannya:
Salman Al-Farisi
r.a. lahir di suatu desa bernama Jiyan di wilayah kota Aspahan - Iran, yaitu
antara kota Teheran dengan Syiraz. Setelah Salman r.a. mendengar kebangkitan
Rasulullah saw. dia langsung berangkat meninggalkan Persia mencari Nabi saw.
untuk menyatakan keislamannya.
Dalam suatu kisah,
Salman menceritakan otobiografinya sbb. 'Saya adalah anak muda Persia yang
berasal dari suatu desa di kota Aspahan yang bernama Jiyan.
Ayah saya adalah
kepala desa dan orang terkaya serta terhormat di desa itu. Dari sejak lahir,
saya adalah orang yang paling disayanginya, kasih sayangnya kepada saya semakin
hari semakin kental, sehingga saya di kurung di rumah bagaikan gadis pingitan.
Saya termasuk orang
yang takwa dalam agama majusi, sehingga saya merasakan nilai api yang kami
sembah itu dan saya diberi tanggungjawab menyalakannya, jangan sampai padam
sepanjang hari dan sepanjang malam.
Ayah saya mempunyai
ladang yang luas yang memberi kami penghidupan yang cukup. Ayah saya selalu
mengurusi dan memanennya sendiri.
Di suatu hari, dia
tidak bisa pergi ke ladang, lalu dia mengatakan kepada saya, 'Anakku! Ayah
sibuk dan tidak bisa pergi ke ladang hari ini, sebab itu pergilah urusi ladang tersebut
menggantikan Ayah.' Lalu saya berangkat menuju ladang kami.
Di tengah
perjalanan, saya melewati sebuah gereja Kristen dan mendengar suara mereka yang
sedang beribadah di dalam. Hal itu menarik perhatian saya karena saya tidak
pernah tahu sedikitpun tentang agama Kristen dan agama lainnya, karena
sepanjang usia saya selalu dipingit di dalam rumah oleh orang tua saya. Setelah
mendengar suara itu, saya masuk ingin mengetahui secara dekat apa yang sedang
mereka lakukan.
Setelah saya
memperhatiakan apa yang mereka kerjakan, saya merasa tertarik dengan cara
mereka beribadah, malah saya tertarik dengan agama mereka. Saya mengatakan
dalam hati saya, 'Sungguh agama mereka ini lebih baik dari agama kami.'
Saya tidak keluar
dari gereja tersebut sampai matahari terbenam sehingga saya tidak jadi pergi ke
ladang kami. Saya menayakan kepada mereka, 'Dari mana asal agama ini?' Mereka
menjawab, 'Dari daerah Syam.'
Setelah malam
menjelang, saya pulang ke rumah. Ayah saya langsung menanyakan kepada saya apa
yang telah saya lakukan. Saya menjawab, 'Hai Ayahku! Saya melewati sekelompok
orang yang sedang beribadah di dalam gereja, lalu saya tertarik dengan cara
mereka beribadah. Saya berada bersama mereka sampai matahari terbenam.' Ayah
saya langsung marah mendengar tindakan saya dan dia mengatakan,
'Hai anakku! Agama
mereka itu tidak baik, agamamu dan agama nenek moyangmu lebih baik dari agama
itu.'
Saya menjawab,
'Tidak ayah! Agama mereka lebih baik dari agama kita.' Dari perkataan saya itu,
syah saya takut kalau-kalau saya akan murtad, lalu dia mengurung saya di rumah
dengan mengekang kaki saya.'
Berangkat
ke negeri Syam:
Ketika saya mendapat
kesempatan, saya mengirim pesan kepada kaum Kristen itu. Saya mengatakan,'Bila
ada rombongan yang akan berangkat ke negeri Syam, tolong saya diberi tahu.'
Ternyata tidak berapa lama ada satu rombongan yang akan berangkat ke negeri
Syam.
Mereka pun langsung
memberitahukannya kepada saya. Saya berusaha membuka kekang kaki saya dan saya
berhasil membukanya. Saya berangkat bersama mereka secara sembunyi dan akhirnya
kami sampai di negeri Syam. Setibanya di negeri Syam, saya mengatakan, 'Siapa
orang nomor satu dalam agama ini?' Mereka menjawab, 'Uskup pengasuh gereja.'
Saya mendatanginya
dan mengatakan kepadanya, 'Saya tertarik dengan agama Kristen ini dan saya
ingin mengikuti dan membantumu sekaligus belajar dari kamu dan beribadah
bersama kamu.' Dia menjawab, 'Silakan masuk!' Saya pun masuk dan menjadi
pembantunya.
Belum berlangsung
lama, saya menilai bahwa orang tersebut adalah orang jahat, dia menyuruh
pengikutnya untuk berderma dan mengiming-imingi mereka dengan pahala yang
sangat besar. Setelah mereka memberikannya dengan niat fi sabilillah, ternyata
dia monopoli untuk dirinya sendiri, tidak diberikan kepada fakir miskin sedikitpun.
Dia berhasil mengumpulkan sebanyak tujuh karung emas. Melihat keadaan itu, saya
menaruh kebencian yang luar biasa terhadapnya.
Ketika dia
meninggal, kaum Kristen berkumpul untuk menguburkannya, ketika itu saya
mengatakan kepada mereka, 'Sesungguhnya teman kamu ini adalah orang jahat, dia
menyuruh kamu bersedekah dan mengiming-imingkan pahala besar, setelah kalian
kumpulkan, dia monopoli untuk dirinya sendiri, dia tidak berikan sedikitpun
kepada fakir miskin.' Mereka menjawab, 'Dari mana kamu tahu?' Saya menjawab,
'Mari saya tunjukkan kepada kamu sekarang juga tempat penyimpanan harta itu'
Mereka mengatakan, 'Ayo tunjukkan kepada kami tempatnya.'
Saya pun
menunjukkannya dan mereka menemukan tujuh karung emas dan perak. Setelah mereka
melihat secara langsung, mereka mengatakan, 'Demi Allah kita tidak akan
menguburkannya, kita harus menyalib dan melemparinya dengan batu.'
Tidak lama kemudian
mereka mengangkat orang lain sebagai penggantinya, lalu saya mengikutinya.
Sungguh saya belum pernah mendapatkan orang yang paling zuhud dan mengharap
akhirat melebihi orang itu. Ibadahnya yang berlangsung siang malam membuat saya
mnyenanginya, lalu saya hidup bersama dia beberapa tahun. Ketika menjelang
wafatnya, saya mengatakan kepadanya, 'Ya Polan!
Kepada siapa engkau pesankan saya dan dengan siapa saya akan hidup
sepeninggal kamu?'
Dia menjawab, 'Ya
anakku! Terus terang saya tidak melihat ada orang yang tingkat keagamaannya
seperti kita, kecuali satu orang di kota Musol yang bernama Polan. Dia tidak
merubah-rubah dan mengganti-ganti ayat Allah. Oleh sebab itu carilah orang
itu.'
Sepeninggal teman
saya itu, saya pergi menyusul orang tersebut ke kota Musol. Setibanya di rumah
beliau saya menceritakan kisah saya dan mengatakan kepadanya, 'Ketika si Polan
hendak meninggal dunia dia memesankan kepada saya untuk menyusul kamu, dia
memberitahukan kepada saya bahwa kamu berpegang kuat dengan kebenaran. Dia
mengatakan kepada saya, kalau begitu, tinggallah bersama saya. Saya pun tinggal
bersama beliau, dan memang betul dia adalah orang baik.
Tidak lama kemudian,
diapun menemui ajalnya. Ketika hendak meninggal saya bertanya kepadanya, 'Ya
Polan! Janji Tuhan sudah dekat kepada Anda, Anda tahu kondisi saya sebenarnya,
oleh sebab itu kepada siapa Anda memesankan saya dan siapa yang harus saya
ikuti?'
Dia menjawab, 'Hai
anakku! Terus terang saya tidak melihat ada orang yang tingkat keagamaannya
seperti kita kecuali seorang di Nasibin yang bernama Polan, susullah dia ke
sana' Setelah orang itu bersemayam di liang lahad, saya berangkat ke Nasibin
mencari orang yang disebutkan itu. Saya menceritakan kepadanya kisah saya dan
pesan teman saya sebelumnya. Dia mengatakan, 'Tinggallah bersama saya.'
Saya pun tinggal
bersama dia dan ternyata memang dia adalah orang baik seperti dua orang teman
saya sebelumnya. Akan tetapi tidak lama kemudian dia pun menemui ajalnya.
Ketika menjelang maut, saya bertanya kepadanya, 'Engkau telah mengetahui
kondisi saya sebenarnya. Oleh sebab itu kepada siapa engkau memesankan saya?'
Dia menjawab, 'Ya anakku!
Terus terang saya tidak menemukan ada orang yang tingkat keagamaannya seperti
kita kecuali seorang di kota Amuriah yang bernama Polan, carilah orang itu.'
Saya pun mencarinya dan saya menceritakan kisah saya kepadanya. Dia menjawab,
'Tinggallah bersama saya.' Saya pun tinggal bersama dia. Ternyata memang dia
orang baik seperti yang dikatakan orang sebelumnya. Selama saya tinggal bersama
dia saya berhasil mendapatkan beberapa ekor sapi dan harta kekayaan lainnya.
Pendeta Kristen
memesan Salman mengikuti Nabi:
Kemudian orang
tersebut pun menemui ajalnya seperti yang sebelumnya. Ketika menjelang
kematiannya, saya mengatakan kepadanya, 'Anda mengetahui kondisi saya
sebenarnya, oleh sebab itu kepada siapa engkau akan pesankan saya atau apa
pesan Anda untuk saya lakukan?'
Dia menjawab, 'Hai
anakku! Terus terang saya tidak menemukan seorang-pun di muka bumi ini yang
masih berpegang dengan agama kita, namun waktunya sudah tiba, seorang nabi yang
akan membawa agama Nabi Ibrahim akan muncul di tanah Arab, dia akan hijrah dari
tanah tumpah darahnya ke daerah yang penuh dengan pohon kurma di antara dua
gunung, dia mempunyai tanda kenabian yang sangat jelas, dia mau memakan hadiah
tapi tidak mau memakan sedekah, di antara bahunya terdapat cap kenabian. Jika
Anda bisa menyusul ke negeri itu, silakan.' Tidak lama kemudian dia pun
meninggal dunia, saya pun tinggal di kota Amuriah untuk beberapa waktu.
Datang
ke jazirah Arabia:
Ketika rombongan
pedagang dari Suku Kalb -Arab- lintas di Amuriah, saya berkata kepada mereka,
'Jika kalian sanggup membawa saya ke tanah Arab, saya berikan kepada kalian
sapi dan harta kekayaan saya ini.' Mereka menjawab, 'Ya, kami sanggup membawa
kamu.' Saya pun memberikan sapidan kekayaan saya tersebut kepada mereka dan
mereka pun membawa saya.
Ketika saya sampai
di Wadil qura, mereka menipu saya dan menjual saya kepada kepada seorang yahudi
dan memperlakukan saya sebagai hambanya. Suatu ketika, saudaranya dari suku
Quraizah datang menemuinya, lalu dia membeli dan membawa saya pergi ke Yasrib
(Madinah). Di sana saya melihat pohon kurma yang disebut oleh teman saya yang
di Amuria, dari diskripsi yang disampaikan teman saya itu, saya tahu persis
bahwa inilah kota yang dimaksudkan itu. Saya pun tinggal brsama tuan saya di
kota itu.
Ketika itu Nabi saw.
sudah mulai mengajak kaumnya di Mekah untuk masuk Islam, namun saya tidak
mendengar apa-apa dari kegiatan Nabi itu karena kesibukan saya sehari-hari
sebagai budak.
Memeluk
Islam:
Tidak berapa lama,
Rasulullah saw. pun hijrah ke Yasrib. Demi Allah ketika saya berada di atas
sebatang pohon kurma milik tuan saya, sedang memberesi kurma itu, sedangkan
tuan saya duduk dibawah, seorang saudaranya datang dan mengatakan kepadanya,
'Celaka besar atas bani Qilah, mereka sekarang sedang berkumpul di Kuba,
menunggu seorang yang mengklaim dirinya sebagai seorang nabi akan datang hari
ini.'
Setelah saya
mendengar pembicaraan mereka itu, saya langsung merinding kayak demam, saya
gemetar, sehingga saya khawatir akan jatuh ke tuan saya. Saya segera turun dari
pohon kurma tersebut lalu mengatakan kepada tamu itu, 'Apa tadi yang Anda
katakan? Tolong ulangi katakan kepada saya!' Tuan saya langsung marah dan
memukul saya sekuat-kuatnya lalu mengatakan,
'Urusan apa kamu
dengan berita itu? Kembali teruskan pekerjaanmu!'
Di sore harinya,
saya mengambil sedikit kurma yang telah saya kumpulkan sebelumnya, lalu saya
berangkat ke tempat Nabi tinggal. Ketika itu saya mengatakan kepada Rasulullah,
'Saya mendengar bahwa Anda adalah orang saleh, datang bersama teman-teman dari
kejauhan memerlukan sesuatu. Di tangan saya ada sedikit sedekah, nampaknya kamu
lebih pantas menerimanya.'
Lalu saya dekatkan
kurma itu kepada mereka. Rasulullah saw. mengatakan kepada para Sahabat,
'Makanlah' sedangkan dia sendiri tidak memakannya. Saya mengatakan dalam hati
saya, 'Ini dia satu tanda kenabiannya.'
Kemudian saya
kembali ke rumah dan mengambil beberapa buah kurma, ketika Nabi saw. berangkat
dari Quba ke Madinah, saya mendatanginya dan mengatakan kepadanya, 'Tampaknya
Anda tidak memakan sedekah, ini ada sedikit hadiah saya bawa sebagai
penghormatan kepada Anda.'
Rasululullah pun
memakannya dan menyuruh sahabat untuk ikut memakannya, lalu mereka makan
bersama-sama.
Dalam hati saya
berkata, 'Ini dia tanda kenabian kedua'
Ketika Nabi berada
di Baqi Gargad, ingin menguburkan seorang sahabat, saya mendatangi beliau dan
melihat beliau sedang duduk memakai dua selendang. Saya mengucapkan salam
kepadanya, kemudian saya berjalan berputar sekeliling beliau untuk melihat
punggungnya, barang kali saja saya dapat melihat cap seperti yang dikatakan
oleh teman saya di Amuriah. Setelah Nabi melihat bahwa saya memperhatikan
punggung beliau, dia mengerti tujuan saya, lalu dia mengangkat selendangnya,
ketika itu saya melihat ada cap, lalu saya yakin bahwa itulah cap kenabian,
lalu saya memeluk dan mencium beliau sambil menangis.
Melihat hal itu
Rasulullah saw. bertanya, 'Apa gerangan yang terjadi pada kamu?' Saya pun
menceritakan kisah saya dan beliau sangat kagum dan beliau menginginkan agar
saya perdengarkan kepada para sabahat, lalu saya memperdengarkannya. Mereka
semua kagum dan gembira yang tiada taranya.
Salman masuk Islam
dan dimerdekakan, seterusnya menjadi seorang sahabat yang sangat mulia. Dia
sempat menjabat gubernur di zaman khulafaur Rasyidun di beberapa negeri.
Mudah-mudahan Allah meridai beliau.
Biografinya:
Dalam
satu riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah meletakkan tangannya di
atas Salman, lalu bersabda, 'Seandainya iman berada nun jauh di planet Tata
surya, pasti akan dicapai oleh orang-orang mereka ini.' sambil beliau menunjuk
kepada Salman r.a.
Sumber: alislam (Abu
Saifulhaq)
A Kembali ke . . . Daftar Isi 1.
3. TAUBATNYA MALIK
BIN DINAR
Rabu, 14 Muharram
1423/ 28 Mar 2002
Diriwayatkan dari
Mali bin Dinar, dia pernah ditanya tentang sebab-sebab dia bertaubat, maka dia
berkata : "Aku adalah seorang polisi dan aku sedang asyik menikmati khamr,
kemudia akau beli seorang budak perempuan dengan harga mahal, maka dia
melahirkan seorang anak perempuan, aku pun menyayanginya.
Ketika dia mulai
bisa berjalan, maka cintaku bertambah padanya. Setiap kali aku meletakkan
minuman keras dihadapanku anak itu datang padaku dan mengambilnya dan
menuangkannya di bajuku, ketika umurnya menginjak dua tahun dia meninggal
dunia, maka aku pun sangat sedih atas musibah ini.
Ketika malam
dipertengahan bulan Sya'ban dan itu di malam Jum'at, aku meneguk khamr lalu
tidur dan belum shalat isya'. Maka akau bermimpi seakan-akan qiyamat itu
terjadi, dan terompet sangkakala ditiup, orang mati dibangkitkan, seluruh
makhluk dikumpulkan dan aku berada bersama mereka, kemudian aku mendengar
sesuatu yang bergerak dibelakangku.
Ketika aku menoleh
ke arahnya kulihat ular yang sangat besar berwarna hitam kebiru-biruan membuka
mulutnya menuju kearahku, maka aku lari tunggang langgang karena ketakutan,
Ditengah jalan
kutemui seorang syaikh yang berpakaian putih dengan wangi yang semerbak, maka
aku ucapkan salam atasnya, dia pun menjawabnya, maka aku berkata :
"Wahai syaikh !
Tolong lindungilah aku dari ular ini semoga Allah melindungimu". Maka
syaikh itu menangis dan berkata padaku :
"Aku orang yang
lemah dan ular itu lebih kuat dariku dan aku tak mampu mengatasinya, akan
tetapi bergegaslah engkau mudah-mudahan Allah menyelamatkanmu",
Maka aku bergegas
lari dan memanjat sebuah tebing Neraka hingga sampai pada ujung tebing itu, aku
lihat kobaran api Neraka yang sangat dahsyat, hampir saja aku terjatuh
kedalamnya karena rasa takutku pada ular itu. Namun pada waktu itu seorang
menjerit memanggilku,
"Kembalilah
engkau karena engkau bukan penghuni Neraka itu!", aku pun tenang
mendengarnya, maka turunlah aku dari tebing itu dan pulang. Sedang ular yang
mengejarku itu juga kembali. Aku datangi syaikh dan aku katakan,
"Wahai syaikh,
aku mohon kepadamu agar melindungiku dari ular itu namun engkau tak mampu berbuat
apa-apa". Menangislah syaikh itu seraya berkata, "Aku seorang yang
lemah tetapi pergilah ke gunung itu karena di sana terdapat banyak simpanan
kaum muslimin, kalau engkau punya barang simpanan di sana maka barang itu akan
menolongmu"
Aku melihat ke gunung
yang bulat itu yang terbuat dari perak. Di sana ada setrika yang telah retak
dan tirai-tirai yang tergantung yang setiap lubang cahaya mempunyai daun-daun
pintu dari emas dan di setiap daun pintu itu mempunyai tirai sutera.
Ketika aku lihat
gunung itu, aku langsung lari karena kutemui ular besar lagi. Maka tatkala ular
itu mendekatiku, para malaikat berteriak : "Angkatlah tirai-tirai itu dan
bukalah pintu-pintunya dan mendakilah kesana!" Mudah-mudahan dia punya
barang titipan di sana yang dapat melindunginya dari musuhnya (ular).
Ketika tirai-tirai
itu diangkat dan pintu-pintu telah dibuka, ada beberapa anak dengan wajah
berseri mengawasiku dari atas. Ular itu semakin mendekat padaku, maka aku
kebingungan, berteriaklah anak-anak itu :
"Celakalah kamu
sekalian!, Cepatlah naik semuanya karena ular besar itu telah
mendekatinya". Maka naiklah mereka dengan serentak, aku lihat anak
perempuanku yang telah meninggal ikut mengawasiku bersama mereka. Ketika dia
melihatku, dia menangis dan berkata :
"Ayahku, demi
Allah!" Kemudian dia melompat bak anak panah menuju padaku, kemudian dia
ulurkan tangan kirinya pada tangan kananku dan menariknya, kemudian dia ulurkan
tangan kanannya ke ular itu, namun binatang tersebut lari.
Kemudian dia
mendudukkanku dan dia duduk di pangkuanku, maka aku pegang tangan kanannya
untuk menghelai jenggotku dan berkata : "Wahai ayahku! Belumkah datang
waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat
Allah". (QS. Al-Hadid : 16).
Maka aku menangis
dan berkata : "Wahai anakku!, Kalian semua faham tentang Al-Qur'an",
maka dia berkata :
"Wahai ayahku,
kami lebih tahu tentang Al-Qur'an darimu", aku berkata :
"Ceritakanlah
padaku tentang ular yang ingin membunuhku", dia menjawab :
"Itulah
pekerjaanmu yang buruk yang selama ini engkau kerjakan, maka itu akan
memasukkanmu ke dalam api Neraka", akau berkata :
"Ceritakanlah
tentang Syaikh yang berjalan di jalanku itu", dia menjawab : "Wahai
ayahku, itulah amal shaleh yang sedikit hingga tak mampu menolongmu", aku
berkata :
"Wahai anakku,
apa yang kalian perbuat di gunung itu?", dia menjawab : "Kami adalah
anak-anak orang muslimin yang di sini hingga terjadinya kiamat, kami menunggu
kalian hingga datang pada kami kemudian kami memberi syafa'at pada kalian".
(HR. Muslim dalam shahihnya No. 2635).
Berkata Malik :
"Maka akupun takut dan aku tuangkan seluruh minuman keras itu dan
kupecahkan seluruh botol-botol minuman kemudian aku bertaubat pada Allah, dan
inilah cerita tentang taubatku pada Allah".
Dikutip dari :
Hakikat Taubat.
SUMBER :
http:/www.alirsyad-alislamy.or.id
A Kembali ke . . . Daftar Isi 1.
4. RASA KASIH TERLIHAT
DALAM MATA
Kamis, 21 Muharram
1423/ 4 April 2002
Sore itu adalah sore
yang sangat dingin di Virginia bagian utara, berpuluh-puluh tahun yang lalu.
Janggut si orang tua dilapisi es musim dingin selagi ia menunggu tumpangan
menyeberangi sungai. Penantiannya seakan tak berakhir. Tubuhnya menjadi mati
rasa dan kaku akibat angin utara yang dingin.
Samar-samar ia
mendengar irama teratur hentakan kaki kuda yang berlari mendekat di atas jalan
yang beku itu. Dengan gelisah iamengawasi beberapa penunggang kuda memutari
tikungan.
Ia membiarkan
beberapa kuda lewat, tanpa berusaha untuk menarik perhatian. Lalu, satu lagi
lewat, dan satu lagi. Akhirnya, penunggang kuda yang terakhir mendekati tempat
si orang tua yang duduk seperti patung salju.
Saat yang satu ini
mendekat, si orang tua menangkap mata si penunggang...dan ia pun berkata,
"Tuan, maukah anda memberikan tumpangan pada orang tua ini ke seberang ?
Kelihatannya tak ada jalan untuk berjalan kaki."
Sambil menghentikan
kudanya, si penunggang menjawab, "Tentu. Naiklah." Melihat si orang
tua tak mampu mengangkat tubuhnya yang setengah membeku dari atas tanah, si
penunggang kuda turun dan menolongnya naik ke atas kuda.
Si penunggang
membawa si orang tua itu bukan hanya ke seberang sungai, tapi terus ke tempat
tujuannya, yang hanya berjarak beberapa kilometer. Selagi mereka mendekati
pondok kecil yang nyaman, rasa ingin tahu si penunggang kuda atas sesuatu,
mendorongnya untuk bertanya,
"Pak, saya
lihat tadi bapak membiarkan penunggang2 kuda lain lewat, tanpa berusaha meminta
tumpangan. Saya ingin tahu kenapa pada malam musim dingin seperti ini Bapak mau
menunggu dan minta tolong pada penunggang terakhir. Bagaimana kalau saya tadi
menolak dan meninggalkan bapak di sana?"
Si orang tua
menurunkan tubuhnya perlahan dari kuda, memandang langsung mata si penunggang
kuda dan menjawab, "Saya sudah lama tinggal di daerah ini. Saya rasa saya
cukup kenal dengan orang."
Si orang tua
melanjutkan, "Saya memandang mata penunggang yang lain, dan langsung tahu
bahwa di situ tidak ada perhatian pada keadaan saya. Pasti percuma saja saya
minta tumpangan.
Tapi waktu saya
melihat matamu, kebaikan hati dan rasa kasihmu terasa jelas ada pada dirimu.
Saya tahu saat itu juga bahwa jiwamu yang lembut akan menyambut kesempatan
untuk memberi saya pertolongan pada saat saya membutuhkannya."
Komentar yang
menghangatkan hati itu menyentuh si penunggang kuda dengan dalam. "Saya
berterima kasih sekali atas perkataan bapak", ia berkata pada si orang
tua. "Mudah-mudahan saya tidak akan terlalu sibuk mengurus masalah saya sendiri
hingga saya gagal menanggapi kebutuhan orang lain.."
Seraya berkata
demikian, Thomas Jefferson, si penunggang kuda itu, memutar kudanya dan
melanjutkan perjalanannya menuju ke Gedung Putih.
The Sower's Seeds -
Brian Cavanaugh.
Kau tak akan pernah
tahu kapan kau akan memerlukan orang lain, atau kapan seseorang memerlukanmu.
Kebijakan dari seluruh hidupmu melukis sebuah citra dimatamu, yang membantu
orang lain melihat, menemukan pertolongan yang ia butuhkan, dan bahwa masih ada
keutamaan lain di dunia ini dari pada sekedar peduli dengan dirimu sendiri,
yaitu kepedulianmu pada orang lain, sahabatmu atau benar-benar orang lain.
Maka bila ada
sahabat atau seseorang memerlukan perhatian atau bantuanmu, atau meminta maaf
atas satu kesalahan, itu karena ia menghormati dan menghargai kebaikan yang
pasti ada dalam jiwamu. Kau dapat menghormati juga permintaan itu, atau kau
meninggalkannya di tengah jalan sendirian.
A Kembali ke . . . Daftar Isi 1.
5. ASAL-USUL
KUMANDANG ADZAN
Kamis, 28 Muharram
1423/ 11 April 2002
(Riwayat : Anas r.a;
Abu Dawud; Al Bukhari)
Seiring dengan
berlalunya waktu, para pemeluk agama Islam yang semula sedikit, bukannya
semakin surut jumlahnya. Betapa hebatnya perjuangan yang harus dihadapi untuk
menegakkan syiar agama ini tidak membuatnya musnah. Kebenaran memang tidak
dapat dmusnahkan.
Semakin hari semakin
bertambah banyak saja orang-orang yang menjadi penganutnya. Demikian pula
dengan penduduk dikota Madinah, yang merupakan salah satu pusat penyebaran
agama Islam pada masa-masa awalnya. Sudah sebagian tersebar dari penduduk yang
ada dikota itu sudah menerima Islam sebagai agamanya.
Ketika orang-orang
Islam masih sedikit jumlahnya, tidaklah sulit bagi mereka untuk bisa berkumpul
bersama-sama untuk menunaikan sholat berjama` ah. Kini, hal itu tidak mudah
lagi mengingat setiap penduduk tentu mempunyai ragam kesibukan yang tidak sama.
Kesibukan yang tinggi pada setiap orang tentu mempunyai potensi terhadap
kealpaan ataupun kelalaian pada masing-masing orang untuk menunaikan sholat
pada waktunya.
Dan tentunya, kalau
hal ini dapat terjadi dan kemudian terus-menerus berulang, maka bisa dipikirkan
bagaimana jadinya para pemeluk Islam. Ini adalah satu persoalan yang cukup
berat yang perlu segera dicarikan jalan keluarnya.
Pada masa itu,
memang belum ada cara yang tepat untuk memanggil orang sholat. Orang-orang
biasanya berkumpul dimasjid masing -masing menurut waktu dan kesempatan yang
dimilikinya. Bila sudah banyak terkumpul orang, barulah sholat jama `ah
dimulai.
Atas timbulnya
dinamika pemikiran diatas, maka timbul kebutuhan untuk mencari suatu cara yang
dapat digunakan sebagai sarana untuk mengingatkan dan memanggil orang-orang
untuk sholat tepat pada waktunya tiba.
Ada banyak pemikiran
yang diusulkan. Ada sahabat yang menyarankan bahwa manakala waktu sholat tiba,
maka segera dinyalakan api pada tempat yang tinggi dimana orang-orang bisa
dengan mudah melihat ketempat itu, atau setidak-tidaknya asapnya bisa dilihat
orang walaupun ia berada ditempat yang jauh. Ada yang menyarankan untuk
membunyikan lonceng. Ada juga yang mengusulkan untuk meniup tanduk kambing.
Pendeknya ada banyak saran yang timbul.
Saran-saran diatas
memang cukup representatif. Tapi banyak sahabat juga yang kurang setuju bahkan
ada yang terang-terangan menolaknya. Alasannya sederhana saja : itu adalah
cara-cara lama yang biasanya telah dipraktekkan oleh kaum Yahudi. Rupanya
banyak sahabat yang mengkhawatirkan image yang bisa timbul bila cara-cara dari
kaum kafir digunakan. Maka disepakatilah untuk mencari cara-cara lain.
Lantas, ada usul
dari Umar r.a jikalau ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil kaum
Muslim untuk sholat pada setiap masuknya waktu sholat. Saran ini agaknya bisa
diterima oleh semua orang, Rasulullah SAW juga menyetujuinya. Sekarang yang
menjadi persoalan bagaimana itu bisa dilakukan ? Abu Dawud mengisahkan bahwa
Abdullah bin Zaid r.a meriwayatkan sbb :
"Ketika cara
memanggil kaum muslimin untuk sholat dimusyawarahkan, suatu malam dalam tidurku
aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku
dekati orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud hendak menjual
lonceng itu. Jika memang begitu aku memintanya untuk menjual kepadaku saja.
Orang tersebut malah
bertanya," Untuk apa ? Aku menjawabnya,"Bahwa dengan membunyikan
lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan sholat."
Orang itu berkata lagi,"Maukah kau kuajari cara yang lebih baik ?"
Dan aku menjawab " Ya !"
Lalu dia berkata
lagi, dan kali ini dengan suara yang amat lantang , " Allahu Akbar,Allahu
Akbar.."
Ketika esoknya aku
bangun, aku menemui Rasulullah SAW dan menceritakan perihal mimpi itu kepada
beliau. Dan beliau berkata,"Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah
disamping Bilal dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus
mengumandangkan adzan seperti itu dan dia memiliki suara yang amat
lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama Bilal."
Rupanya, mimpi
serupa dialami pula oleh Umar r.a, ia juga menceritakannya kepada Rasulullah
SAW . Nabi SAW bersyukur kepada Allah SWT atas semua ini.
Tulisan diambil dari
Al-Islam Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
0 Response to "Cerita"
Posting Komentar